bintangpena.com -Ponorogo- Berita lelayu atas berpulangnya H. Ahmad Tobroni, sang maestro reyog ponorogo pada Selasa (7/2/2023) pukul 23.30 menjadi duka mendalam bagi warga Ponorogo. Almarhum wafat pada usia 85 tahun, di rumah duka Jalan Ponorogo Solo, km 10 Desa Maron Kecamatan Kauman. Yusuf Harsono, pegiat sekaligus Pengurus Yayasan Reyog yang juga dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Ponorogo mengaku terkejut atas berpulangnya almarhum. Dimata Yusuf, H.Tobron merupakan sosok maestro warok yang memberikan andil besar terhadap warok modern. “Almarhum H. Tobron ini adalah sosok yang komplit. Beliau itu seorang seniman, juga birokrat serta politisi yang menurut kami ini sangat langka. Dan kami sangat kehilangan,” kata Yusuf, Rabu (8/2/2023). Dimata pegiat Reyog, kata Yusuf sosok H.Tobron mampu mengubah stigma seorang jaranan atau jathil dari seorang pria (gemblak) kini berubah menjadi penari perempuan. Peralihan tersebut, terjadi sekitar tahun 1970an silam. Pengurus Yayasan Reyog yang juga dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Ponorogo, Yusuf Harsono. Sebagai seorang warok, sosok H. Tobron juga sebagai pribadi yang luwes. Selain seniman, almarhum juga sebagai birokrat karena pernah menjabat sebagai Lurah Cokromenggalan. Kemudian, juga seorang politisi karena pernah menjabat anggota DPRD Ponorogo dari Partai Golongan Karya. “Saat kuliah, almarhum juga pernah menjadi salah seorang pendiri organisasi kemahasiswaan Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Universitas Gajah Mada (UGM),” imbuhnya. Tidak hanya itu, imbuh Yusuf almarhum juga merupakan sosok warok modern. Karena selama menjadi pegiat reyog, H.Tobron mampu membawa organisasi hingga ke luar negeri. Pernah suatu ketika, Yusuf yang mengenal H.Tobron sejak tahun 1999 itu melihat langsung almarhum berkomunikasi via telepon seluler dengan pegiat seni dari Washington DC dan juga Suriname. “Tahun 2000 itu, beliau sudah berkomunikasi dengan handphone seluler canggih. Bagi saya ni menjadi contoh sikap beliau yang modern,” paparnya. Wafatnya almarhum, imbuh Yusuf menjadi ruang kosong tersendiri bagi paguyuban reyog. Meski ada penerus, posisi dan kontribusi H.Tobron tidak akan pernah tergantikan. Rasa duka mendalam dan kehilangan atas wafatnya sang Maestro Warok dan Pelestari Reog Ponorogo, juga disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo, Yudha Slamet Sarwo Edi. Yudha mengaku terkejut atas berita duka tersebut. “Ponorogo pada hari ini, kehilangan tokoh Reog Ponorogo yang telah monorehkan perannya terhadap sejarah panjang perkembangan dan pelestarian Reog Ponorogo,” paparnya. Menurut Yudha, almarhum merupakan seorang tokoh berpengaruh di masa hidupnya. H. Tobron, mencurahkan perhatianya terhadap pelestarian Reog Ponorogo. Totalitasnya terhadap kesenian itu, telah berhasil membawa Reog Ponorogo menjadi seni pertunjukan yang dipanggungkan. Yakni, Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) yang kini menjadi TOP 10 Karisma Event Nusantara (KEN) 2023. “Festival ini beliau rintis mulai tahun 1987. Semoga dengan semangat almarhum dalam mencurahkan perhatianya terhadap kelestarian seni Reog Ponorogo menjadi suri tauladan. Kami berharap ini dapat diteruskan para seniman, serta generasi muda saat ini untuk selalu mencintai Reog Ponorogo,” tegasnya. (daz) Post navigation Gunakan 105 Armada, 3.897 Jama’ah Nahdlatul Ulama, Siap Ngalap Berkah Satu Abad NU di Sidoarjo Terjaring Razia di Warung Kopi, Belasan Siswa di Ponorogo Langgar Perda Ketertiban Umum