bintangpena.com-Ponorogo- Saat musim tanam usai, sejumlah petani di Desa Mrican, Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo memilih pekerjaan sampingan. Yakni sebagai pemulung. Karena itu, saat ini jumlah pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican bertambah hingga 50 persen.

Kabid Pengelolaan Sampah dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ponorogo, Kamsun mencatat tambahan jumlah pemulung di lokasi tersebut sebanyak ada 10 sampai 15 orang. Biasanya hanya 30 orang.

“Jika di jumlah ya ada kalau 40 sampai 45 orang. Tapi tidak semua bekerja di hari yang sama,” katanya, Sabtu (14/1/2023).

Menurut Kamsun, pemulung yang oleh DLH setempat dianggap sebagai “pahlawan” itu setiap hari mampu mengurangi volume hingga 25 persen dari sampah yang masuk. Artinya, dari 80 ton sampah masuk bisa berkurang hingga 15 ton setiap harinya.

“Jenis sampah yang didaur ulang beragam. Ada sampah aneka plastik, styrofoam, kertas atau kardus, besi dan lainnya. Kalau botol kaca belum ada yang mau nampung katanya. Jadi belum ada yang mulung,” tuturnya.

Karena tidak setiap hari jumlah sampah yang bisa diambil sama, lanjut Kamsun biasanya para pemulung menampung sementara sampah-sampah tersebut di sekitaran TPA. Baru jika sudah terkumpul dalam jumlah besar, para pemulung memanggil pengepul.

“Untuk sisanya yang tidak bisa di daur ulang, ya terpaksa ditimbun di TPA. Dan sekarang kondisinya sudah luar biasa parah,” ujarnya.

Terkait berapa besaran pendapatan yang diperoleh para pemulung, Kamsun mengaku tidak tahu pasti. Yang jelas, dari kketerangan sejumlah pemulung mereka bisa menyisihkan uang hasil penjualan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Kami sangat terbantu dengan keberadaan teman teman ini. Dan selama mereka tidak ada masalah, monggo saja. Pekerjaan ini kan juga lumayan untuk tambahan. Apalagi saat mereka sedang tidak ada kegiatan,” tegasnya. (daz)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page