bintangpena.com -Ponorogo- Kecintaan luar biasa pada batu mulia atau permata ditunjukkan Bambang Suhendro,55 warga Jalan Sumatera, Ponorogo. Selama hampir 35 tahun Bambang mengoleksi batuan permata baik lokal Indonesia maupun luar negeri. Karena koleksinya itu pula, Bambang yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Kominfo Ponorogo itu, di daulat menjadi juri tingkat nasional untuk Indonesia Gems Lovers (IGLO). IGLO merupakan komunitas batu mulia terbesar di Indonesia yang berbasis online. Menurut Bambang, kecintaan terhadap batu mulia itu sudah dia rasakan sejak usia SD. Kala itu, dia sering melihat batu mulia saat berkunjung di rumah salah seorang teman dekatnya yang kebetulan ayahnya merupakan perajin emas. Beberapa kerajinan emasnya, menggunakan batu mulia sebagai pelengkap. “Saat itu saya langsung jatuh hati dengan batu mulia. Kok bagus, dan indah menurut saya,” katanya mengawali obrolan dengan bintangpena.com, Senin (26/12/2022). Karena usianya yang masih anak-anak, kala itu Bambang belum bisa mewujudkan keinginannya untuk memiliki batu permata itu. Seiring waktu, kecintaan akan batu permata tersebut membawanya untuk menggeluti dunia perbatuan mulia di Fakultas Teknik Pertambangan, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jogjakarta. Selama menempuh kuliah itulah, pria yang juga hobi burung tersebut mengoleksi batu mulia pertamanya. Tepatnya sekitar tahun 1987. Tidak tanggung-tanggung, bersama sejumlah teman kuliahnya Bambang hunting hingga ke Pasar Jatinegara, Jakarta yang memang terkenal dengan berbagai batu permata kelas dunia. “Bagi saya pribadi, hanya dengan melihat batu seluruh permasalahan bisa langsung luntur. Nikmatnya luar biasa saat bisa.m melihat aneka keindahan yang terpancar dari batu tersebut, ” katanya. Mulai saat itu, setiap kali pergi keluar kota Bambang selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi para perajin batu. Selain hanya sekadar menikmati keindahan batu, kadang kala Bambang juga mendapatkan sejumlah batu permata yang ingin dia koleksi. “Ponorogo itu pusatnya batu bergambar yang sangat indah. Sayang sekali belum bisa dioptimalkan,” tuturnya. Karena saking banyaknya, Pria yang mengawali karir ASN di bidang pertambangan itu tidak bisa menyebut satu persatu koleksi yang kini mencapai ribuan. Ada yang sudah berbentuk perhiasan, maupun bongkahan batu yang belum di olah. Dari ribuan koleksi itu, Bambang menyebut ada beberapa yang menjadi batu favoritnya. Ada jenis kecubung Borneo atau Kalimatan, Bacan Doku, Maluku hingga Safir dari Selon. Serta masih banyak koleksi yang lain. Menurut Bambang, setiap batu memiliki cri khas dan keindahan berbeda. Termasuk juga batu gambar, yang saat ini banyak diminati para kolektor. Tidak hanya sekadar batu permata biasa, ribuan koleksinya itu merupakan manifestasi kecintaan kepada sang pencipta. “Saya punya batu bergambar lafadz Allah, yang kalau di puter sedikit berganti tulisan Jin. Jadi menurut saya batu-batu ini bukan hanya koleksi biasa, tapi ini adalah nikmat yang tidak bisa diganti dengan apapun. Jadi setiap kali dinas luar, saya wajib bawa,” imbuhnya. Seperti apa batu yang bagus, pria yang juga pernah bertugas di Bappeda itu menuturkan untuk batu mulia berkualitas bisa diukur dari empat C. Yakni, Colour atau warna, kemudian Charity (clean and clear) yakni kejernihan batu, Cut atau potongan, serta Carat atau berat kemurnian permata. Bambang menuturkan untuk batu yang banyak dicari biasanya yang memiliki warna primer atau tegas. Seperti merah, hijau, biru, kuning dan warna dasar lainnya. Biasanya, batu kategori tersebut akan berharga mahal. Belum lagi, imbuh pria berkumis itu untuk satu warna dasar tersebut akan menampilkan warna dasar berbeda sesuai daerah asal. Untuk warna biru, biasanya ada yang model kasmir seperti bludru. Kemudian ada biru langit atau safir, merah rubi, paparaca, serta blod. “Kalau membicarakan warna dan jenis batu mulai itu tidak akan ada habisnya. Dan memang butuh kejelian mata, untuk bisa melihat itu batu bagus atau bukan,” katanya. Satu lagi tips yang diberikan Bambang, agar pecinta batu tidak tertipu dengan maraknya bebatuan di pasaran saat ini. Yakni, saat membeli sebisa mungkin untuk memperhatikan seluruh komponen yang sudah disebutkan. Termasuk harus bisa melihat tingkat kejernihan batu, yang seolah bisa memancarkan daya hidup. Termasuk cara melihat Cutting, atau potongan. Pemilihan teknik potongan pada batu terkeras, yakni intan akan menentukan keindahan batu. Biasanya, berlian dipotong dengan sudut tertentu, untuk mentukan daya pantul sehingga ditiap sudut bisa kelihatan. Beda lagi, dengan teknik potong batu permata jenis kecubung. Batu jenis ini biasanya dipotong dengan model kabocon. Yakni bulat pada bagian atas, dan mengerucut pada bagian bawah. Saat ditanya apakah koleksinya terdampak dengan booming batu permata beberapa waktu lalu, Bambang hanya bisa tersenyum. Sebagai penghobi batu permata, dia mengaku tidak begitu terpengaruh. Karena sejak awal, batu-batu koleksinya sudah memiliki pasar khusus. “Ibarat kata, berbeda dengan musim buah yang sekali booming habis. Batu mulia tidak begitu, bagi para kolektor sampai kapanpun kami punya ruang sendiri untuk menikmati keindahannya,” tuturnya. Sayangnya, Bambang enggan membeber besaran nilai yang dia bandrol untuk batu-batu permatanya itu. Karena untuk hobi dan koleksi, tidak ada patokan khusus. “Satu lagi, jangan pernah kaitkan batu mulia dengan klenik. Menurut saya itu tidak ada korelasinya. Batu mulia adalah sebuah karya alam yang indah dan harus dilestarikan,” tegasnya. (daz) Post navigation Jaring Atlet Berprestasi, Puluhan Tim Bersaing Ketat di SMADA Futsal Championship ke-16 2023