bintangpena.com -Ponorogo- Akibat luapan Sungai Sekayu yang terjadi beberapa Hari terakhir, sebanyak 522 hektar tanaman padi di Ponorogo ikut terendam banjir. Dari luas tersebut, 0,14 hektare berpotensi puso alias gagal panen. Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, Mahsun mengatakan kondisi tersebut dipastikan aman jika dalam tujuh hari kedepan genangan air surut alias mengering. “Kita tidak tahu kondisinya nanti bagaimana. Jika bisa surut dalam tujuh hari kedepan, kami yakin tidak akan terjadi puso,” katanya, saat dikonfirmasi pada Rabu (15/2/2023). Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, Mahsun. Menurut Mahsun, per tanggal 15 Februari 2023 pihaknya mencatat ada 522 hektare sawah padi terendam. Rata-rata, padi yang tergenang air baru keluar malai atau berusia 55 hari. Pada kondisi tersebut, sebenarnya air memang dibutuhkan namun tidak dalam jumlah besar apalagi menggenang. “Potensi puso dilaporkan terjadi di titik Desa Ngampak, Kecamatan Balong. Sedangkan sawah terendam ada di sejumlah titik. Seperti Desa Winong, Kecamatan Jetih, Desa Brotonegaran dan juga Kelurahan Paju, Kecamatan Kota,” imbuhnya. Meski begitu, lanjut Mahsun khusus sawah-sawah yang endemik atau langganan banjir sudah tercover dalam program Asuransi Usaha Tani Padi atau AUTP. Sehingga bisa mendapatkan klaim apabila benar-benar terjadi puso. “Selain AUTP, kami Dipertahankan juga telah menyiapkan program Cadangan Benih Daerah atau CBD bagi tanaman yang terjadi puso,” paparnya. Dengan begitu, imbuh Mahsun para petani terdampak tidak perlu khawatir jika terjadi kondisi gagal panen. Dengan regulasi yang tidak sulit, para petani bisa mengakses fasilitas tersebut dengan berkoordinasi melalui petugas terkait. (daz). Post navigation Curah Hujan Tinggi, Sungai Sekayu Meluap, Seribu Lebih Warga Ponorogo Terdampak Peringati Isra’ Miraj, LDNU Ponorogo Minta Nahdliyin Istiqomah Menjalankan Salat Lima Waktu