bintangpena.com-Ponorogo- Ramadhan Karim, menjadi momen mulia bagi umat muslim untuk belajar banyak hal tentang ilmu keagamaan. Tanpa terkecuali bagi para perempuan lanjut usia, yang tergabung dalam kegiatan di Pondok Lansia Muslimat Ponorogo. Selama dua pekan puasa, puluhan lansia itu belajar ilmu fiqih Islam dan juga tahsin atau membaca Al-Quran dengan benar.

“Tidak hanya anggota muslimat, tetapi juga masyarakat umum. Yang penting mau belajar bersama disini,” ungkap Hj. Tufi Laily, Ketua Pimpinan Cabang Muslimat NU Ponorogo, Selasa (28/3/2023).

Pondok Romadhan Lansia ini, kata Hj. Tufi merupakan bagian dari program bidang dakwah organisasi. Selama dua pekan yakni hingga hari ke-16 Ramadhan para lansia yang berusia 50 sampai 70 tahun lebih itu akan digembleng para mentor profesional. Khususnya di bidang tahsin Al-Quran.

“Sebab selama ini, masih banyak ibu-ibu khususnya di lingkungan Muslimat NU yang sudah merasa benar bacaannya. Namun ternyata belum sesuai, dengan tata cara sebenarnya,” imbuhnya.

Tahsin itu, tutur Hj. Tufi yakni perbaikan cara membaca Al-Quran. Sehingga diharapkan para lansia tersebut, bisa membaca ayat suci dengan baik dan benar.
Tahsin, diajarkan untuk mengingat jika salah melafalkan ayat maka akan salah dalam mengartikan.

Dengan khusyu, para mentor yang merupakan hafidhoh dari Ikatan Hafidhoh Muslimat (IHM) NU itu mendampingi satu persatu peserta hingga fasih membaca. Setiap hari, peserta belajar selama dua jam. Yakni mulai pukul 07.00 WIB hingga 09.00 WIB.

“Yang penting adalah membaca dengan benar. Jangan hanya mengejar cepat khatam tapi bacaannya salah. Sebab kalau salah mahkhrajnya, panjang pendeknya, maka akan beda maknanya,” jelas ustadzah Nafiah, salah seorang guru dalam majlis tersebut.

Selain tahsin, puluhan peserta yang hadir dari berbagai penjuru kabupaten itu juga belajar tentang tata cara mengenakan mukena yang benar. Salat yang benar, serta ilmu fiqih Islam lainnya.

Meski berusia lanjut, puluhan ibu-ibu itu tampak antusias mengikuti satu demi satu rangkaian kegiatan. Itu terlihat dari animo mereka dalam belajar. Bahkan, ada beberapa lansia terlihat mengulang-ulang bacaan, agar sesuai dengan yang diajarkan para ustadzah.

“Ada juga selama tiga hari belajar, baru satu surat yang mampu diselesaikan. Tidak apa-apa, justru ini sangat memotivasi kami untuk mendampingi beliau-beliau ini. Sudah sepuh, tapi semangat belajarnya masih luar biasa,” ungkapnya.

Hal itu dibenarkan Yanti,59 salah seorang peserta Pondok Romadhon. Meski masih terbata-bata, dia mengaku sangat menikmati model belajar membaca tahsin. Satu hal yang menjadi semangatnya, yakni dengan belajar tahsin dia tidak khawatir salah saat mengajari sang cucu dalam membaca Al-Quran.

“Selama ini ternyata masih banyak yang kurang pas. Dan alhamdulillah bisa berkesempatan belajar disini,” tutupnya. (daz)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page