bintangpena.com-Ponorogo- Naik dua persen pada musim yang sama tahun 2022, kali ini petani Ponorogo mampu menghasilkan 175.242 ton gabah kering di Musim Penghujan (MP) II. Jumlah itu dihasilkan dari sawah seluas 28.265 hektare. Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, Masun mengatakan panen ini merupakan musim panen pertama di tahun 2023. Tepatnya pada Maret dan April. “Hasil produksi panen gabah kering itu mencapai 40 persen dari total panen yang bisa dihasilkan petani Ponorogo selama satu tahun. Kalau tahun lalu, 38,6 persen. Akan ada tiga kali panen setiap tahunnya,” katanya, Kamis (23/3/2023). Panen raya berikutnya, kata Masun akan dilaksanakan pada Juli-Agustus, atau Musim Kemarau (MK) I dengan capaian produksi rata-rata 25 sampai 30 persen. Sedangkan pada panen raya ketiga, yakni MK II pada November-Desember. Yakni dengan rata-rata hasil panen 10 sampai 15 persen. “Diluar bulan yang kami sebutkan juga ada panen, tetapi produksinya tidak sesignifikan yang musim panen raya tadi,”imbuhnya. Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, Masun. Meski panen raya, Masun menuturkan kondisi tersebut tidak mengubah harga gabah kering di pasaran. Sesuai catatan Bulog setempat, saat ini harga gabah kering di pasaran masih diangka Rp 6.200 perkilogram. Tentu harga yang relatif.amsih bagus bagi para petani. “Banyak faktor yang memicu. Bisa jadi karena harga beras masih tinggi, dan bisa juga ini terjadi karena dampak isu krisis pangan dunia. Meski panen raya, harga masih bagus,” ujarnya. Apakah harga tersebut nantinya akan berubah, Masun memperkirakan hal itu bisa saja terjadi. Mengingat, kondisi pasar bisa berubah sewaktu-waktu. Sesuai dengan kebijakan pasar, pasokan, serta daya beli maupun iklim. “Sangat dimungkinkan akan ada perubahan harga. Karena akan ada keseimbangan baru antara kebutuhan pasar, pedagang atau pengusaha dan petani. Tapi fluktuasi harganya seperti apa, itu yang belum kami ketahui,” tuturnya. Sugianto, salah seorang petani Desa Pintu, Kecamatan Jenangan mengamini jika harga gabah kering panen saat ini di petani mencaoai Rp 6.200 per kilogram. Meski harganya bagus, jumlah tersebut tetap berbanding lurus dengan biaya operasional yang dikeluarkan petani saat proses tanam. Harga pupuk yang masih tinggi, serta biaya pekerja yang juga mengalami kenaikan upah juga wajib dipertimbangkan. “Harga memang bagus, tetapi kalau dihitung laba juga tidak seberapa. Operasional masa tanam, tetap tinggi. Belum lagi, musim berikutnya harga turun saat di wilayah kami panen,” tegasnya. (daz) Post navigation Angka Kemiskinan Turun 1 Digit, Ponorogo Tempati Urutan ke-17 Jawa Timur Pastikan Stok Bahan Pokok Aman, Bupati Ponorogo Sidak Pasar di Momen Ramadhan dan Lebaran Idhul Fitri 1444 H