bintangpena.com -Ponorogo- Produksi tanaman jagung di Jawa Timur sangat tinggi. Tahun 2022 saja, mampu menghasilkan 6,6 juta ton. Ponorogo menjadi salah satu kabupaten penghasil, yang saat ini sedang mengembangkan varietas benih asli berlabel Reog 234.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi lahirnya benih varietas baru yang lahir dari putra daerah Ponorogo. Saat ini, Reog 234 mampu menghasilkan panen mencapai 12,4 ton per hektare. Dengan average 10,2 ton per hektare.

“Menurut kami ini luar biasa. Padahal ditempat lain, masih ada yang hanya mampu memproduksi empat sampai lima ton per hektare. Ini harus dikembangkan lagi,” kata Khofifah usai panen perdana di area Kecamatan Babadan, Ponorogo Jumat (3//3/2023).

Menurut Khofifah sebagai salah satu daerah produsen jagung nasional, Jawa Timur banyak dilirik para peternak ayam pedaging maupun petelur. Sehingga prospek jagung di Jawa Timur sangat bagus. Selain pakan, jagung juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan lain, seperti tepung hingga minyak goreng.

“Beberapa waktu lalu kami sempat kekurangan hasil panen, sehingga Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur ikut bertransaksi di Bima dan Dompu, NTB,” imbuhnya.

Maka dari itu, lanjut mantan Menteri Sosial itu sebagai daerah penghasil benih Ponorogo harus segera mendaftarkan hak kekayaan intelektual merek dagang Reog 234 tersebut. Sehingga kedepan benih yang diklaim mampu beradaptasi dengan berbagai musim tersebut dikenal sebagai karya asli putra Ponorogo.

“Pak Bupati, merek dagang ini harus segera didaftarkan ke HAKI. Jadi kalau nantinya di tanam di manapun, namanya tetap Reog 234. Jadi kemana-mana bawa nama Reog,” katanya.

SINERGIS : Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko saat memberikan keterangan usai panen raya jagung Reog 234 di Kecamatan Babadan, Ponorogo pada Jumat (3/3/2023).

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menambahkan, selain tahan di segala cuaca nilai jual jagung jenis hibrida itu juga sangat bagus. Saat ini, dengan kemampuan panen mencapai 10,2 ton per hektare mampu memberikan keuntungan hingga Rp 3 juta sampai Rp 5 juta bagi petani. Atau bisa mencapai Rp 50 juta per hektare.

“Dengan rata-rata Rp 4.700 sampai Rp 5 ribu perkilogram, maka petani sangat diuntungkan. Randemen nya juga bagus, jadi ini memang benar benar benih berkualitas,” imbuhnya.

Sesuai laporan Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, Masun sesuai sertifikat uji lab, masa tanam benih Reog 234 yakni 98 hari. Tetapi biasanya petani memilih panen saat sudah sangat kering yakni 100 hari.

Terkait rendemen, lanjut Masun tergantung pada masa tanam dan musim panen. Kalau di musim penghujan (MP), cenderung basah dan berat. Tentu hal itu akan berbeda jika panen terjadi saat musim kemarau (MK) 1 dan MK 2.

Berkaitan dengan kesiapan pemenuhan benih jika dibutuhkan untuk skala nasional, Manto Setiawan inisiator benih Reog 234 mengaku siap produksi. Saat ini, selain Ponorogo pihaknya juga sudah bekerjasama dengan swasta dalam melakukan pembibitan seperti di Kediri, Sulawesi, Lampung dan lainnya.

“Kami siap memenuhi permintaan pasar nasional. Saat ini kami memang fokus dalam penyediaan benih, dengan menanam varitas Reog 234 di beberapa wilayah. Salah satu tujuannya yakni untuk mengetahui seberapa baik benih ini bertahan, di segala cuaca dan juga karakter lahan yang berbeda,” tegasnya. (daz/adv)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page