bintangpena.com -Ponorogo- Jumlah kasus serangan nyamuk aedes albopictus di Kabupaten Ponorogo meningkat drastis pada Desember 2022. Yakni mencapai 79 kasus. Sehingga total kasus selama satu tahun terakhir, berjumlah 254 penderita.

Kabid Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan ( P2PL) Dinas Kesehatan setempat, Anik Setyarini menuturkan meski tidak mematikan penyakit Cikungunya bisa menimbulkan nyeri luar biasa. Bahkan, tidak hanya sehari atau dua hari rasa nyeri bisa terjadi terus menerus.

“Akhirnya karena rasa nyeri luar biasa tersebut, menyebabkan warga panik dan meresahkan. Itu yang sekarang terjadi di Ponorogo,” katanya, Senin (2/1/2023).

Serangan nyamuk tersebut, kata Anik menyebar di sejumlah kecamatan. Mulai dari Jambon, Siman, Jetis dan yang paling banyak adalah Kecamatan Kota. Karena itu, pihaknya melalui puskesmas terkait sudah melaksanakan pengasapan atau fogging.

“Khususnya pada titik yang terdapat penderita lebih dari tiga kepala keluarga (KK). Termasuk sudah kami lakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE),” imbuhnya.

Meski diakui Anik, fogging ternyata belum menjadi solusi tepat. Karena langkah tersebut hanya untuk membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan jentik nyamuk masih belum bisa dijangkau oleh obat-obatan tersebut.

Karena itu, pengasapan atau fogging harus ditindak lanjuti dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk atau PSN. Masyarakat harus terlibat aktif, dalam memberantas sarang nyamuk dengan berbagai tahap. Mulai dari membersihkan dan menutup tempat genangan air, mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk dan lainnya.

“Jentik nyamuk akan bermetamorfosa menjadi nyamuk dewasa, hanya dalam dua hari. Jadi memang harus steril dari genangan air, ” katanya.

MELINTAS : Salah seorang warga Desa Bulu Lor, Jambon saat melintasi asap fogging petugas beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Camat Kota Ponorogo Suseno mengakui jika banyak warganya yang terserang cikungunya. Kurun waktu tiga pekan terakhir sedikitnya ada tiga kelurahan yang terjangkit. Yakni Bangunsari, Jingglong, dan Surodikraman.

Rata-rata, kata Suseno awalnya mereka mengalami demam tinggi, lalu mulai mengalami nyeri di persendian. Bahkan, ada sejumlah penderita yang tidak bisa menggerakkan anggota tubuh terutama kaki.

“Padahal kami sudah rutin melaksanakan kerja bakti membersihkan lingkungan. Tapi mungkin karena kota itu padat penduduk, dan banyak selokan. Bisa saja nyamuknya bertelur disitu,” terangnya.

Terakhir, lanjut Suseno serangan nyamuk aedes albopictus terjadi di Kelurahan Bangunsari. Sebanyak lima warga mengaku masih mengalami nyeri sendi, dan demam.

“Kami sudah menginstruksikan kepada warga, agar kerja bakti membersihkan lingkungan leboh ditingkatkan, ” tegasnya. (daz)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page