bintangpena.com -Ponorogo- Mendedikasikan separuh lebih usia, untuk kemajuan tanah kelahiran memiliki makna istimewa bagi sosok Ir. Winarko Arif Tjahjono. Arief berhasil merampungkan masa tugasnya, sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Ponorogo persis satu bulan setelah usia 60 tahun. “Saya mengawali dan mengakhiri tugas ya di DPPKAD. Ini rumah utama saya, saya 13 tahun mengawali karir ASN, kalau dulu PNS ya disini,” kata Arief mengawali obrolan santai dengan bintangpena.com, Kamis (29/12/2022). Karir pertama pria kelahiran Ponorogo, 1 Desember 1962 itu dimulai dari tim pengadaan fisik dan sarana prasarana DPPKAD yang duku bernama Bappeda. Tepatnya pada tahun 1990. Setelah 13 tahun kemudian, baru pindah ke bidang lain yakni Kabid Ekonomi Keuangan Industri, lalu pindah lagi sebagai Kabid di Bappenas selama dua tahun. “Lalu balik lagi ke Bappeda sebagai kepala. Setelah itu dimutasi ke Asisten Perekonomian dan Pembangunan. Lha disini saya merangkap sebagai Kepala Dinas Perhubungan, dan juga Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP),” kenangnya. Setelah dari sana, kata kakek tiga orang cucu itu dia mutasi lagi ke Bakan Kkepegawaian Daerah. Arief bertugas di BKD selama kurang lebih 5 tahun tiga bukan. Selama itu pula, dia menjadi saksi hidup tiga kali perubahan nama lembaga BKD. Menjadi BKBPD, dan kemudian beralih menjadi BKPSDM sampai sekarang. “Saat itu saya juga merangkap sebagai Kepala Dinas Kominfo untuk kali pertama setelah terpisah dari Dinas Perhubungan, dan saat itu Kominfo belum punya kantor,” tuturnya. Baru kemudian, pada 1 Desember 2021 lalu pria yang meraih gelar Insinyur Pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB) itu diberi tugas sebagai Kepala DPPKAD kembali. Menurut pria yang sehari-hari tinggal di Perumahan Grisimai, Blok DD nomer 2 Ponorogo itu menjadi ASN atau abdi negara itu sebenarnya sangat mudah. Hanya perlu mengikuti aturan yang ada, dan mau belajar serta bekerja keras. Dan jangan pernah berfikir untuk memiliki keinginan, yang muluk-muluk. “Tidak enaknya itu gajinya cuma sedikit. Jadi ASN itu sebenarnya mudah, tinggal orangnya saja mau belajar atau tidak, ” imbuhnya. Yang terpenting, kata alumnus SMAN 2 Ponorogo itu menjadi abdi negara harus mau bekerja dengan baik dan profesional. Jika sudah bekerja dengan baik, pimpinan yang akan menilai. Hal itu pula yang diterapkan Arief, selama berkarir sebagai ASN. Sekalipun bidang yang dia geluti saat ini tidak sesuai dengan kemampuan dasarnya, yakni sebagai ahli di bidang pertanian. “Ini yang kemudian menjadi tantangan bagi saya. Sejak awal karir, tidak ada yang sama dengan keahlian dasar saya. Jadi pertanian malah seolah hanya hobi,” tuturnya. Karena itu, pasca purna tugas Arief mengaku tidak memiliki keinginan yang diluar kemampuannya. Dia hanya ingin menikmati masa pensiunnya, dengan santai bersama keluarga. Termasuk memunculkan kembali ilmu dasarnya sebagai petani. Khusus menghadapi perkembangan jaman, Arief memilih sistem pertanian hidroponik. Yakni bercocok tanam dengan memakai media air. “Sebelumnya mungkin hanya sebatas konsumsi sendiri. Lha kedepan mungkin bisa merambah untuk komersil,” ujarnya. Masa pensiun bagi Arief akan menjadi momen istimewa. Akan ada banyak waktu untuk keluarga, hobi dan juga waktu untuk mengembangkan kembali keahlian yang dia miliki sebagai seorang insinyur pertanian. “Saya tidak akan terjun ke dunia politik. Karena itu bukan dunia saya. Saya akan happy-happy, ngemong cucu, bersepeda. Ya itu,” tutupnya. (feature/daz)