bintangpena.com – Masih adanya tindak kekerasan fisik maupun nonfisik di lingkup pendidikan, memaksa sejumlah lembaga ambil sikap. Salah satunya SMKN 1 Ponorogo, yang membentuk tim satgas anti kekerasan serta menggelar petisi untuk mendukung program tersebut. Kepala SMKN 1 Ponorogo, Suryanto menuturkan langkah tersebut diambil untuk melindungi hak para peserta didiknya. Meski di dominasi para siswi, namun bukan tidak mungkin kekerasan juga terjadi. Khususnya, untuk kekerasan nonfisik seperti kasus bulliying. ‘’Ini merupakan langkah prefentif kami untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam bentuk apapun, di lembaga pendidikan. Harus ada tindakan tegas,’’ katanya Jumat (16/12/2022). Suryanto mengatakan satgas tersebut terdiri dari Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), siswa serta karyawan. Tim itu bertugas menampung keluhan atau laporan, para siswa yang mengalami kekerasan baik fisik dan nonfisik. Setelah menerima laporan, tim akan menindaklanjuti kasus tersebut. ‘’Kami ingin para siswa kami belajar dengan aman dan nyaman. Jangan sampai ada kejadian tindak kekerasan, baik perundungan maupun penyimpangan perilaku seksual,’’ tuturnya. Mengingat, saat ini SMKN 1 Ponorogo memiliki sedikitnya 1500 peserta didik dengan 95 persen berjenis kelamin perempuan. Sehingga potensi kekerasan akan banyak terjadi pada nonfisik, seperti perundungan dan presser yang terjadi pada satu siswa dengan lainnya. ‘’Kami sudah bekerjasama dengan kepolisian melalui Unit PPA, kemudian Cabdin Wilayah Ponorogo, serta Pukesmas setempat dalam menangani perilaku seksual,’’ terangnya. Selain membentuk satgas anti kekerasan sekolah, Suryanto terus berusaha membekali dan membangun karakter siswa. Hal itu bertujuan agar siswa mampu menjadi pelajar pancasila yang baik dan bisa menghargai dan memiliki sikap toleransi tinggi. (daz) Post navigation Implementasikan Program Literasi, PWI Berbagi Ilmu Jurnalistik Bersama LPM Kabupaten Ponorogo