Foto: Miles Production Mencermati suatu genre film yang telah diproduksi memang gampang-gampang susah. Gampangnya, sekarang telah tersedia informasi yang lumayan cukup di dunia maya. Tinggal ketik keyword di google, telah tersedia informasi yang kita butuhkan. Susahnya, ketika kita harus flashback ke belakang pada waktu yang cukup jauh dengan era digital, tak jarang dokumen perfilman nasional mengalami kerusakan yang cukup signifikan, sehingga tak semua data ada di dunia maya. Mungkin dibutuhkan banyak waktu untuk menelusuri secara manual di Sinematek, di Lembaga Arsip Nasional, atau di PH-PH (Production House) pada jamannya, jika masih ada. Setelah saya telusuri melalui beberapa website, Film Drama Musikal muncul di Indonesia sejak tahun 1951, yaitu Film Bintang Surabaja yang disutradarai oleh Utomo (Fred Young), dan dimainkan oleh Rendra Karno, A Hamid Arief, Komalasari, dkk. dan produsernya tidak diketahui. Sedangkan Film drama musikal dalam kancah internasional telah muncul sejak tahun 1923, yaitu sejak kemunculan film “Musical Monolog“, garapan Lee De Forest, dan dirilis oleh di Amerika. Artinya dalam bidang Film Drama musikal, Indonesia ketinggalan 28 tahun sejak kemunculannya pertama kali di dunia. Sejak tahun 1951 tersebut, total film drama musikal di Indonesia hingga tahun ini (2017) ada 30 buah film. Yaitu: Bintang Surabaja 1951 | Prod. – | Sutradara: Utomo (Fred Young) | Act. Rendra Karno, A Hamid Arief, Komalasari, Astaman, Djoewariah, Kuntjung, Ali Yugo, Tjik Ibrahim, Wolly Sutinah, Lilik Sudjio, Fifi Young, Ribut Rawit, Netty Herawati, Darussalam, Sofiah, M Jusuf, Aisjah, Titing Sul, Sri Mulat | 1951. Tandjung Katung |Prod. Amir Jusuf | Sutradara: Jacob Harahap | Act. Rd Ismail, Fifi Young, Zainal Abidin, Kamsul, Hardjo Muljo, Masito Sitorus, Nun Zairina, Hadisjam Tahax | 1957. Tiga Dara |Prod. Usmar Ismail | Sutradara: Usmar Ismail | Act. Chitra Dewi, Indriati Iskak, Mieke Wijaya, Rendra Karno, Fifi Young, Hassan Sanusi, Bambang Irawan, Roosilawaty | 1956. Dunia Belum Kiamat |Prod. Giprodfin | Sutradara: Nya Abbas Akup | Act. Mieke Wijaya, Muchsin, Titiek Sandhora, Benyamin S, Rachmat Hidayat, Diana Reynette, Ellya Khadam | 1971. Bawang Putih |Prod. Bucuk Suharto | Sutradara: F. Sutrisno | Act. Titiek Puspa, Tanty Josepha, Broery Marantika, Ita Sitompul, Kris Biantoro, Nanin Sudiar, Elly Kasim, Iskak, Budiman, Said Effendy, Wirdaningsih | 1974. Laila Majenun |Prod. Sjuman Djaya | Sutradara: Sjuman Djaya | Act. Achmad Albar, Parto Tegal, Deddy Sutomo, Rini S Bono, Farouk Afero, Mang Udel | 1975. Petualangan Sherina |Prod. Mira Lesmana | Sutradara: Riri Riza | Act. Dewi Hughes, Djaduk Ferianto, Butet Kertaradjasa, Henidar Amroe, Ratna Riantiarno, Didi Petet, Mathias Muchus, Ucy Nurul, Derby Romero, Sherina Munaf, Epi Kusnandar | 1999. Joshua Oh Joshua |Prod. Gope T Samtani | Sutradara: Eduart P Sirait | Act. Joshua Suherman, Mega Utami, Deasy Ratnasari, Anjasmara, Cut Keke, Eeng Saptahadi, Ingrid Widjanarko | 2000. Biarkan Bintang Menari |Prod. Sumarsono, Wishnutama | Sutradara: Indra Yudhistira | Act. El Manik, Rene Arie Seeman, Memes, Stephanie Pascalia, Ladya Cheryl, Ariyo Wahab | 2003. Fantasi |Prod. Sergius Sutanto, Dicky Irawan | Sutradara: Putu Kusuma Wijaya, Sergius Sutanto | Act. Mathias Muchus, Micky, Cindy, Rini | 2004. Ariel & Raja Langit |Prod. Harry Dagoe Suharyadi | Sutradara: Harry Dagoe Suharyadi | Act. Sissy Priscillia, Xena, Ariel Tatum, Sulton Max | 2005. Opera Jawa |Prod. Simon Field, Keith Griffiths, Garin Nugroho | Sutradara: Garin Nugroho, Arturo GP | Act. Artika Sari Devi, Eko Supriyanto, Martinus Miroto, Retno Maruti | 2007 Kantata Takwa |Prod. Setiawan Djodi, Gotot Prakosa, Eros Djarot | Sutradara: Gotot Prakosa, Eros Djarot | Act. WS Rendra, Iwan Fals, Setiawan Djodi, Jockie Surjoprajogo, Sawung Jabo, Clara Sinta | 2008. Generasi Biru |Prod. Ursula Tumiwa, Anastasia Rina | Sutradara: Garin Nugroho, John De Rantau, Firdausy Omar | Act. Kaka Slank, Bimbim Slank, Ivanka Slank, Ridho Slank, Abdee Slank, Bunda Iffet, Nadine Chandrawinata, Ophy Nambe, Lio Gitta Purwanto, Chichi Kadijono, Helmy Prasetyo | 2009. Melodi |Prod. Harry Dagoe Suharyadi | Sutradara: Harry Dagoe Suharyadi | Sutradara: Emir Mahira, Nadya Amanda, Yasamin Jasem, Teuku Rifnu Wikana, Djenar Maesa Ayu, Vety Vera, Daus Separo, Mario Maulana, Nadya Vella, Andre Hehanusa | 2010. Laskar Cilik |Prod. Mashal Kishore | Sutradara: Subakti IS | Act. Arsenna, Belinda Camesi, Cindy Valerie, Derry Salim, Ruddy Rene, Febby Febiola, Dolly Martin, Adinda Bonita, Fahmi Bo, Lulu Kurnia, Nicky Putri, Opay Kiemas, Farah Hatim | 2010. Dawai 2 Asmara | Prod. Erna Pelita | Sutradara: Endri Pelita, Asep Kusdinar | Act. Rhoma Irama, Ridho Rhoma, Cathy Sharon, Delon, Pepeng Naif, Emily Graham | 2010. Rumah Tanpa Jendela |Prod. Seto Mulyadi, Adenin Adlan | Sutradara: Aditya Gumay | Act. Emir Mahira, Aty Cancer, Alicia Djohar, Aswin Fabanyo, Maudy Ayunda, Raffi Ahmad, Yuni Shara, Ozan Ruz, Genta Windi Lestari, Dwi Tasya, Ingrid Widjanarko, Varissa Camelia | 2011. Langit Biru |Prod.Nia Dinata, Hanna Carol | Sutradara: Lasja Fauzia Susatyo | Act. Ratnakanya Anissa Pinandita, Jeje Soekarno, Baby Natalie, Cody McClendon, Patton Ottlivio, Jonathan Prasetyo, Samuel Nathanael Carol | 2011. Love Is U | Prod. Dedy Abdurachman | Sutradara: Hanny R Saputra | Act. Cherly Chibi (Cherrybelle), Anisa Chibi (Cherrybelle), Wenda Chibi (Cherrybelle), Angel Chibi (Cherrybelle), Christy Chibi (Cherrybelle), Devi Chibi (Cherrybelle), Felly Chibi (Cherrybelle), Gigi Chibi (Cherrybelle), Ryn Chibi (Cherrybelle) | 2012. Ambilkan Bulan |Prod. Putut Widjanarko | Sutradara: Ifa Isfansyah | Act. Lana Nitibaskara, Landung Simatupang, Hemas Nata Negari, Bramantyo Suryo Kusumo, Joshua Ivan Kurniawan, Berlianda Adelianan Naafi | 2012. Coboy Junior The Movie |Prod. Frederica | Sutradara: Anggy Umbara | Act. Coboy Junior | 2013. Cahaya Kecil | Prod. Reinhart Gunadharma, Andreani Purbo | Sutradara: Benni Setiawan | Act. Andy /rif, Petra Sihombing, Verdi Solaiman, Taskya Namya, Ferry Salim | 2013. Crush |Prod. Irving Artemas | Sutradara: Rizal Mantovani | Act. Deva Mahendra, Anisa Chibi (Cherrybelle), Angel Chibi (Cherrybelle), Christy Chibi (Cherrybelle), Kezia Chibi (Cherrybelle), Ryn Chibi (Cherrybelle), Gigi Chibi (Cherrybelle), Steffy Chibi (Cherrybelle), Cherly Chibi (Cherrybelle), Felly Chibi (Cherrybelle) | 2014. Laskar Semut Merah |Prod. Reza Aprilian | Sutradara: Revo | Act. Letitia Olga Tiffanya, Nadya Aurora, Tya Bachtiar, Elvaretta Kailarashel Jonea, Qeisha Arvaniputri | 2014. Suka Suka Super Seven dan Idola Cilik dalam Habis Gelap Menuju Terang |Prod. Geri Busye, Imelda Bustami | Sutradara: Geri Busye | Act. Super 7, Tissa Biani Azzahra, Chelsea Terriyanto, Bagas RD | 2014. Persembahan Terakhir theMovie |Prod. Fadly Fuad | Sutradara: Fadly Jackson, Akhmad Faisal | Act. Fadly Jackson, Annabella Jusuf, Umbu Deniro, Faiz Zaldi | 2015. Pacarku Anak Koruptor | Prod. Nayato Fio Nuala | Sutradara: Sys NS | Act. Jessica Mila, Sabda Ahessa | 2016. Ini Kisah Tiga Dara | Prod. Nia Dinata | Sutradara: Nia Dinata | Act. Titiek Puspa, Shanty Paredes, Tara Basro, Tatyana Akman, Rio Dewanto | 2016. Musik untuk Cinta | Prod. Abdullah Dudung Yuliarso | Sutradara: Enison Sinaro | Act. Arumi Bachsin, Ian Kasela, Philip Jusuf, Soimah | 2017.Sedangkan khusus Film Drama Musikal Anak, dalam kurun waktu sejak kemunculan film drama musikal pertama kami di Indonesia (1951) sampai sekarang (2022), hanya ada 11 Film Drama Musikal Anak (36,6%) dari Film Drama Musikal yang ada di Indonesia. Bisa kita lihat di atas, di antaranya adalah: 1. Petualangan Sherina (1999)2. Joshua Oh Joshua (2000)3. Ariel & Raja Langit (2005)4. Melodi (2010)5. Laskar Cilik (2010)6. Rumah Tanpa Jendela (2011)7. Langit Biru (2011)8. Ambilkan Bulan (2012)9. Coboy Junior The Movie (2013)10. Laskar Semut Merah (2014)11. Suka-suka Super Seven dan Idola Cilik (2014) Jika kita hitung sejak tahun 1951 sampai dengan tahun 2017 (66 tahun), Indonesia hanya memproduksi 11 Film Drama Musikal untuk Anak. Artinya, setiap tahun rata-rata tidak ada 1 film yg diproduksi (hanya : 0,16). Kondisi semacam ini dengan tidak ada rasa ragu-ragu saya katakan bahwa Indonesia ‘miskin’ akan film drama musikal anak. Mengapa demikian? Mari kita cermati tentang produksi film drama musikal. Produksi Film Drama Musikal Drama Musikal sebagai genre film ‘menuntut’ visualisasi film yang berbeda dari film drama biasa. Ada rangkaian dan persenyawaan antara seni peran, tarik suara dan tari. Ada dialog yang disenyawakan dengan lagu dan ada lagu yang menjadi dialog dalam sebuah peran. Maka ini membutuhkan sound designer dan music ilustrator yang kuat. Di samping itu membutuhkan aktor yang cukup punya multi talenta; bisa acting, pinter menyanyi dan lihai menari. Oleh karena itu saya katakan bahwa memproduksi film drama musikal membutuhkan energi yang lebih, jika dibandingkan dengan film drama biasa. Karena minimal ada 3 (tiga) unsur yang harus terpenuhi oleh aktor/aktris di dalam genre film ini; 1) kompetensi peran (acting), 2) kompetensi menyanyi (singing), dan 3) kompetensi menari (dancing). Ini dari segi kompetensi para aktornya. Tiga hal kompetensi ini membawa konsekuensi logis pada bidang-bidang lain dalam ranah produksi. Belum lagi jika drama musikal itu untuk anak, tentu membutuhkan treatment yang khusus, tidak sama dengan talent dewasa. Konsekuensi apa itu? Mendapatkan 3 (tiga) jenis talenta dalam diri setiap aktor/aktris tidak mudah. Karena sangat jarang aktor yang sekaligus memiliki tiga keahlian (peran, menyanyi dan menari). Jika kita membuka open casting, paling yang kita dapat kebanyakan mempunyai 1 atau 2 talenta dari 1 aktor/aktris. Ada yang bisa acting dan dancing (menari), tapi tidak bisa menyanyi. Ada yang bisa menari dan menyanyi, tapi tidak bisa acting, dan begitu pula sebaliknya. Yang pernah saya alami, dari 150 peserta open casting untuk film drama musikal, hanya 5 peserta (calon aktor/aktris) yang mempunyai tiga talenta sekaligus. Artinya dari 30 orang calon aktor/aktris hanya 1 yang mempunyai tiga talenta sekaligus. Selebihnya (29 calon aktor/aktris) hanya mempunyai 1 atau 2 kompetensi talenta.Jika ketersediaan calon aktor/aktris kurang dari tuntutan naskah film, maka jalan satu-satunya adalah meng-upgrade talenta para calon aktor/aktris yang belum memenuhi syarat dengan jalan workshop.Dengan kebutuhan workshop untuk memenuhi kebutuhan naskah film, maka dibutuhkan pula coach khusus untuk meng-upgrade para talent yang belum memenuhi syarat tersebut. Otomatis membawa konsekuensi dalam segi pembiayaan.Kebutuhan film drama musikal pada lagu-lagu sebagai pengisi audio di luar ilustrasi musik juga membawa konsekuensi yang signifikan pada pembiayaan.Film drama musikal dengan aktor/aktris anak-anak tentu lebih membutuhkan treatment yang lebih jika dibandingkan dengan talent dewasa. Secara teknis harus melibatkan orang tua para talent. Mengurusi skedule anak-anak yang masih sekolah saja begitu rumit jika dikaitkan dengan jadwal produksi, ditambah lagi jadwal para orang tuanya. Ini yang kadang dalam pelaksanaan produksi film membuat urusan lebih rumit lagi, dan otomatis bukan hal yang sederhana, karena mempunyai implikasi pada pembiayaan pula. Inilah konsekuensi jika kita memproduksi film drama musikal anak, lebih rumit dan memakan biaya yang lebih banyak jika dibandingkan dengan film drama biasa. Di samping itu tentu proses produksinya menjadi lebih lama dari film biasa. Dan saya yakin, ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mengapa film drama musikal anak di Indonesia kurang diminati oleh para kreator dan produser. Meskipun Film Petualangan Sherina sanggup mencapai 1,6 juta penonton pada tahun 1999. Untuk dunia anak-anak, saya masih meyakini bahwa film drama musikal lebih menarik dari film drama biasa. Karena anak-anak tentu lebih suka melihat film yang kaya akan nilai entertain (hiburan). Di mana ada unsur visual yang lucu, tarian dan nyanyian yang mudah ditirukan, serta cerita yang menghibur. Nah, kelebihan ini bisa menjadi ‘senjata’ kita untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam diri anak-anak kita. Jangan sampai hanya terjebak pada nilai hiburan saja. Baik dari unsur ceritanya, gerakan tariannya, maupun konten lagu-lagunya. Terlepas dari faktor teknis itu semua, sudah selayaknya para kreator ataupun produser lebih mengutamakan pesan moral untuk anak-anak kita. Bukan sekedar berorientasi pada profit semata dalam memproduksi film. Justru –menurut saya—dengan banyaknya tantangan dalam memproduksi film yang lebih rumit (dengan tak meninggalkan kualitas dan nilai kontennya), akan menghasilkan karya yang sangat memuaskan jika berhasil dengan baik. Pesan moral pun tersampaikan dengan baik pada anak-anak kita, dan saya yakin profit akan menjadi baik pula jika dilakukan promosi secara baik. Sudah 3 tahun sejak film “Suka-suka Super Seven dan Idola Cilik” (2014) ditayangkan, belum muncul lagi film drama musikal anak Indonesia. Terus, mana lagi film drama musikal anak Indonesia? *** (NM) Referensi: http://filmindonesia.or.idhttps://en.wikipedia.orgCatatan: *) Mengingat ini hanya sebatas kajian dengan referensi terbatas, maka jika ada kekurangannya silakan dikoreksi. Post navigation Nguri-Nguri Warisan Leluhur dalam Kirab Budaya Djoyo Negoro Slahung Ponorogo